Social Icons

Jumat, 16 September 2011

Sunnah Dzikir Setelah Sholat


Para ulama sedunia telah sepakat bahwa sunnat hukumnya bagi kaum muslimin untuk melakukan dzikir setelah selesai sholat fardhu lima waktu. Bahkan, juga disunnatkan membaca dzikir-dzikir setelah selesai melakukan sholat-sholat sunnat. Ada banyak sekali hadis-hadis Nabi yang shahih berkenaan dengan dzikir setelah selesai melaksanakan sholat. Sedangkan lafazh-lafazh (bacaan-bacaan) dzikir yang diajarkan pun berbeda-beda satu dengan lainnya.
Dalil yang masyhur tentang dzikir dan doa setelah selesai sholat adalah hadis dari Abi Umamah radhiyallahu ‘anhu yang menceritakan: “Telah ditanyai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Kapankah doa didengar (dimustajabkan) oleh Allah?” Rasul menjawab: “Doa yang dilakukan di tengah malam dan setelah selesai melaksanakan sholat fardhu lima waktu (Hadis Riwayat Imam Turmidzi, hasan shahih).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menunjukkan kepada kita bahwa dzikir setelah selesai sholat itu sunnat hukumnya dan dilakukan dengan mengeraskan suara. Nabi dan para Sahabat melakukan dzikir dengan suara keras ini pada zaman Nabi masih hidup. Dengan demikian tuduhan bahwa berdzikir dengan suara keras adalah perbuatan bid’ah sama sekali tidak ada dasarnya. Malah perbuatan yang sunnah adalah mengeraskan suara saat berdzikir setelah selesai sholat lima waktu itu.
Ada juga sebahagian kecil kaum muslimin yang mengatakan bahwa jika selesai sholat fardhu orang-orang melakukan dzikir bersuara, maka hal ini akan mengganggu kekhusyu’an orang-orang yang ingin melaksanakan sholat sunnat. Perkataan mereka itu hanya pendapat akal semata, dan tidak ada landasan hadisnya sama sekali. Sayangnya, meskipun hanya berdasarkan pendapat akal saja, mereka berani  melarang orang untuk berdzikir dengan bersuara keras di masjid-masjid. Padahal kalau dilihat pada hadis Nabi, melarang orang melakukan dzikir dengan bersuara di masjid justru merupakan perbuatan yang melanggar sunnah Nabi, karena tidak didapati sepotong hadis pun yang Nabi melarang umat melakukan dzikir bersuara itu.  
Perkataan mereka yang mengatakan dzikir itu mengganggu orang sholat sunnat juga keliru, sebab Nabi telah mengajarkan agar setelah selesai sholat fardhu, afdholnya kaum muslimin berdzikir terlebih dahulu, bukan langsung buru-buru melakukan sholat sunnat tanpa berdzikir terlebih dahulu. Tegasnya, dzikir setelah selesai sholat adalah perintah Nabi! Lantas bagaimana perbuatan yang hanya didasarkan pada pendapat akal dapat diterima, sampai dipakai pula untuk tmenggusur sunnah  Nabi yang ada dalam hadis-hadis shahih…..?
Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, saudara sepupu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menceritakan sebuah hadis yang shahih. Hadis itu berbunyi, “Kami mengetahui Nabi dan para Sahabatnya telah selesai mengerjakan sholat fardhu di masjid dengan mendengar suara takbir mereka……”(Hadis Riwayat Bukhari Muslim). Dalam hadis yang lain, Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Adalah berdzikir dengan mengeraskan suara setelah selesai mengerjakan sholat fardhu telah dilakukan pada zaman  Rasulllah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dan aku mengetahui mereka telah selesai mengerjakan sholat fardhu itu karena mendengar suara dzikirnya itu.” (Hadis Riwayat Bukhari Muslim, Lihat kitab Al Adzkar Imam Nawawi, halaman 77).
Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma mendengar suara Nabi dan Sahabat berdzikir sampai terdengar ke rumah beliau tentu karena suara dzikir itu keras. Jika dzikirnya tidak bersuara, bagaimana mungkin beliau mendengar suara dzikir tersebut? Saat mendengarkan suara dzikir Nabi dan para Sahabat, diyakini Abdullah bin Abbas saat itu masih kecil dan belum ikut sholat berjama’ah ke Masjid Nabawi.
Keterangan dalil berdzikir bersuara ini telah dibahas secara panjang lebar oleh Imam Ibnu Hajar Al Asqalani, dalam Kitab Fathul Bari, Syarah Hadis Bukhari, Jilid II, halaman 591-610. Dan seorang ulama salafy, Syekh Utsaimin pun sudah mengakui sunnah hukumnya berdzikir bersuara itu dalam kitab Ensiklopedi Bid’ah. Namun, meskipun demikian, jika ada yang mau mengerjakan dzikir itu tanpa bersuara, menurut faham Ahlussunnah Wal Jama’ah masih merupakan amalan sunnah juga.
Beberapa bacaan-bacaan dzikir dan doa yang telah dibuat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada masa hidup beliau, antara lain:
  1. Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu beliau mengatakan bahwa Rasulullah beristighfar (membaca astaghfirullahal ‘azhim) tiga kali setiap selesai sholat. Kemudian Nabi membaca doa, “Allahumma antassalam wa minkassalam tabarakta ya dzaljalali wal Ikram.” (Ya Allah Engkaulah Assalam, dan dari Engkaulah segala Keselamatan, Maha Mulia Engkau Wahai Yang Memiliki Keperkasaan dan Kemuliaan). (Hadis Riwayat Imam Muslim).
  2. Dari Al Harits at Tamimi radhiyallahu ‘anhu adalah Rasulullah telah mengajarkan kepadanya secara diam-diam (berbisik): “Apabila engkau telah selesai mengerjakan sholat magrib, maka bacalah olehmu, “Allahumma ajjirni minannaar” (Ya Allah selamatkan aku daripada azab neraka) sebanyak 7 kali, karena apabila engkau mati pada malam itu ketika engkau telah membaca doa tadi, maka wajib atasmu apa yang kau minta itu. Apabila engkau selesai sholat subuh maka bacalah doa yang sama sebanyak 7 kali, karena sesungguhnya jika engkau mati di siang harinya, maka wajiblah atasmu apa yang engkau minta (yakni kebebasan dari neraka).” (Hadis Riwayat Muslim dan Abu Dawud).
  3. Dari Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu, adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam apabila telah selesai mengerjakan sholat dan memberi salam maka Beliau berdoa: “Laa ilaha illallah wahdahu la syarikalah, lahulmulku wa lahulhamdu wahuwa ‘ala kulli sya-in qadir.” (Tiada Tuhan yang disembah selain Allah, Maha Esa lagi tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nyalah segala kekuasaan, dan bagiNyalah segala Pujian, dan Dia atas segala sesuatu Maha Kuasa). (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim). Tetapi ada tambahan kalimat yuhyi wa yumit (Yang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan), setelah kata wa lahulhamdu. Bacaan ini sudah biasa diamalkan oleh kaum muslimin di Indonesia selama ratusan tahun pula. Amalan dan tambahan kalimat itu dikutip dari Hadis Riwayat Imam Turmudzi, Hasan Shohih. Hal ini penting kami tuliskan karena ada segelintir umat Islam yang rajin menuduh bid’ah kepada orang yang menambahkan kalimat  yuhyi wa yumit itu, padahal sebenarnya tambahan kalimat ini justru sunnah Nabi, bukan bid’ah!
  4. Kemudian Nabi membaca doa: “Allahumma laa mani’a lima a’thaita, wa laa mu’thiya lima mana’ta wa laa yanfa’ul jad minkal jad.” (Ya Allah,tiada yang dapat mencegah akan apa yang telah Engkau berikan, dan tidak ada yang dapat memberi akan apa yang telah Engkau cegah. Dan tidak memberi manfaa orang yang memiliki kesungguhan, karena kesungguhan adalah dari Engkau. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).
  5. Kemudian Nabi juga ada membaca doa: ”La hawla wala quwwata illa billahi, la ilaha illah wa la na’budu illa iyyahu, lahunni’matul walfadhlu walahutstsina-ul hasanu, La ilaha illah mukhlishina lahuddina, walaukarihal kafirun.” (Hadis Riwayat Muslim). Abdullah bin Zubair radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Nabi menyuarakan takbir ini setiap selesai sholat lima waktu. Ini juga merupakan salah satu lagi dalil berdzikir bersuara (jahar) setelah sholat fardhu. (Lihat Al-Adzkar, Imam Nawawi halaman 77).
  6. Rasulullah ada mengajarkan para shahabat yang miskin-miskin untuk melakukan dzikir setelah sholat fardhu: “Ucapkanlah olehmu, “Subhanallah, Alhamdulillah, dan  Allahu Akbar setelah selesai sholat fardhu sebanyak 33 kali”. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim). Hadis ini lebih dijelaskan lagi dalam syarah hadis Abu Sholih yakni orang yang meriwayatkan hadis ini langsung dari Abu Hurairah bahwa cara mengerjakannya adalah sekaligus digabungkan/disatukan seperti ini: “Subhanallah…walhamdulillah…wallahu Akbar…semuanya total berjumlah 33 kali. Dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Ka’ab bin Ujrah radhiyallahu ‘anhu, Nabi telah bersabda: “Senantiasa tidak kecewa orang yang membaca dzikir setelah sholat fardhu dengan kalimat;  Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allahu Akbar 34 kali.” (Hadis Riwayat Muslim). Dzikir ini dibuat secara terpisah, tidak bergabung menjadi satu seperti amalan hadis yang sebelumnya.” Meskipun cara ini sedikit berbeda, namun tetap sunnah dan telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dalam hadis yang lain dikatakan setelah membaca Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, Allahu Akbar 33 kali, maka hendaklah disempurnakan menjadi seratus kali dengan kalimat, ; “La ilaha illallah wahdahu laa syarikalah lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadir”. Maka siapa yang melakukan hal ini akan diampunkan Allah seluruh dosa-dosanya walau dosanya sebanyak buih di lautan. (Hadis Riwayat Muslim).
  7. Dan diriwayatkan dalam kitab Ibnu Sunni oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu telah berkata dia: “Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam jika telah selesai mengerjakan sholatnya, maka Beliau mengusap keningnya dengan tangan kanannya kemudian beliau membaca, “Asyhadu anlaa ilaaha illallah, arrahmaanurrahim, Allahummadz hib ‘annil hamma wal hazan.” (Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani, Ya Allah buanglah daripadaku kegunda-gulanaan dan kesedihan).
  8. Dan diriwayatkan dengan sanad yang shahih dalam kitab Sunan Abu Dawud dan Nasai dari Mu’adz bin radhiyallahu ‘anhu: “Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah memegang tanganku seraya Nabi bersabda, “Wahai Mu’adz, demi Allah sesungguhnya aku sangat mencintaimu. Kemudian Beliau menyambung ucapannya lagi, “Aku berwasiat kepadamu wahai Mu’adz, janganlah engkau meninggalkan bacaan dzikir ini setelah selesai melakukan sholat. Ucapkanlah olehmu, “Allahumma a’inni ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik.” (Ya Allah, tolonglah aku dalam mengingatMu dan bersyukur kepadaMu dan beribadah kepadaMu dengan sebaik-baiknya).
 Wallahu A’lam Bishshowab

Kamis, 15 September 2011

Pengukuran Variabel Proses

Pengukuran
Sistem Pengukuran merupakan bagian paling utama dari suatu sistem pengendalian. Maka dari itu sebelum pengukuran dilakukan, terlebih dahulu perlu diketahui kehandalan dari alat ukur yang akan dipakai sampai seberapa jauh penyimpangan yang mungkin dihasilkan oleh alat ukur tersebut yang sudah tentu penyimpangan tersebut tidak boleh melebihi penyimpangan yang disyaratkan.
Pengukuran suatu kuantitas pada hakekatnya merupakan kegiatan membandingkan antara kuantitas tersebut dengan suatu standar yang telah diketahui karakteristiknya.
Yang perlu diperhatikan dalam pengukuran ini adalah :
a. Standar yang dipakai harus mempunyai ketelitian yang sesuai dengan kebutuhan dan secara umum standar tersebut dapat diterima.
b. Tata cara pengukuran dan alat-alat yang digunakan harus memenuhi syarat

Selasa, 13 September 2011

Teori Vibrasi

A.Pengukuran Vibrasi

 Dalam banyak hal orang mengharapkan dapat memperoleh mesin yang ideal dipandang dari sudut vibrasi (getaran), yaitu mesin yang tidak menghasilkan vibrasi sama sekali. Mesin ideal yang demikian akan sangat menghemat energi karena semua energi yang diberikan kepada mesin seluruhnya akan digunakan untuk melakukan pekerjaannya saja, apakah memompa suatu cairan, mengompresi udara, menggilas kertas dll. tanpa menghasilkan produk samping berupa vibrasi.
Kelihatannya hal itu sangat mustahil karena dalam hal permesinan sangatlah tidak mungkin mendapatkan material yang sangat homogen, fabrikasi mesin yang tanpa sisa ketidakimbangan (un-balance residu) dan mesin yang bergerak secara berputar maupun bergerak bolak-balik yang tidak menimbulkan gesekan satu bagian dengan bagian lainnya.
Suatu disain dan manufakturing mesin yang sangat baik hanyalah berusaha untuk memperkecil ketidakpresisian sedemikian rupa sehingga mendapatkan mesin-mesin yang tingkat getarannya sangat kecil (halus). Konsekwensinya adalah harga mesin akan menjadi lebih mahal dari mesin yang tingkat kepresisiannya “biasa-biasa saja”.
Di sini akan disampaikan bahwa ada 2 (dua) macam pengukuran yang dapat dilakukan sehubungan dengan lebar band dari filter pada alat ukur yang digunakan, yaitu
  •  Pengukuran level vibrasi ” overall ” (wide-band).
Pengukuran ini merupakan pengukuran dengan menggunakan filter dengan band yang lebar. Sehingga semua frekuensi akan terukur, akan tetapi yang ditunjukkan oleh pengukuran adalah “level vibrasi yang terbesar”. Kita tidak dapat melihat frekuensi vibrasi berapa yang mempunyai amplitude terbesar seperti ditunjukkan oleh alat ukur, sehingga boleh dikatakan bahwa cara pengukuran ini mengabaikan frekuensi vibrasi yang ada. Kegunaan cara pengukuran ini adalah untuk melihat tingkat vibrasi pads suatu saat dan jika secara berkala pengukuran ini dicatat maka akan diperoleh “trend” vibrasi dari bagian-bagian mesin yang diukur.
  • Pengukuran level vibrasi “pads tiap titik frekuensi” (narrow band).
Cara pengukuran ini dilakukan dengan setiap saat memeriksa suatu daerah frekuensi yang sempit sehingga kita dapat melihat pada frekuensi berapa saja terjadi level vibrasi yang meninggi atau peak yang terjadi pada masing-masing komponen frekuensi. Kegunaan cara pengukuran ini adalah. bahwa datanya akan digunakan untuk analisa vibrasi yang terinci terhadap bagian.bagian mesin / equipment.
Kegunaan terpenting dari pengukuran menggunakan narrow band dilanjutkan dengan analisanya adalah dapat mengetahui secara “dini” kerusakan suatu komponen mesin. Semakin sempit lebar band yang digunakan dan semakin dapat diperoleh peak pada masing-masing frekuensi maka semakin dini dapat diketahui adanya kemungkinan suatu bagian mesin mengalami “pertumbuhan untuk terjadi kerusakan”. Semakin sempit kita gunakan narrow band width maka semakin lama kita akan menganalisanya kecuali dibantu dengan alat yang semakin canggih.
Analisa terhadap hasil suatu pengukuran vibrasi akan menghasilkan “kesimpulan berapa alternatif¬-alternatif’, jadi “bukan langsung” menghasilkan kesimpulan menuju satu titik kemsakan pada bagian tertentu dari mesin / equipment.
Hal ini disebabkan karena banyak kejadian kerusakan mesin yang berbeda dapat menghasilkan vibrasi dengan pola frekuensi yang mirip antara kejadian kerusakan yang satu dengan lainnya. Dengan demikian diperlukan adanya ketekunan, kejelian, serta kesabaran personil yang terlibat di dalam analisa vibrasi untuk dapat mempersempit masalah sehingga dihasilkan kesimpulan yang mengarah kepada kerusakan sebenarnya dari suatu bagian mesin / equipment.
Bahkan untuk mengetahui persisnya kerusakan yang terjadi kadang-kadang sesuai dengan alternatif¬-alternatif hasil analisanya harus pula dilakukan “pembongkaran” bagian mesin / equipment untuk mengetahui kenyataan kerusakan yang terjadi. Hal ini lazim dilakukan di dalam memeriksa “kese¬hatan mesin” industri, sehingga untuk keperluan maintenance mesin ybs. perlu disediakan waktu yang cukup untuk membongkar dan melihat “semua bagian mesin” sesuai dengan alternatif-alternatif kerusakan sebagai hasil dari analisa vibrasinya.
Di dalam proses melakukan analisanya untuk menemukan masalah pada suatu mesin yang berputar terdapat beberapa teknik yang populer yaitu :
1.    Analisa Spektrum
2.    Analisa Orbit
3.    Analisa Fase

Senin, 12 September 2011

SURGE

A. Pengertian Surge 
 
Surge terjadi pada kompresor turbo ketika kepala debit (discharge head) tidak dapat dipertahankan pada aliran hisap (suction flow) yang tersedia. Surge terjadi pada kombinasi spesifik dari head dan flow, seperti yang didefinisikan oleh kurva kinerja kompresor produsen. Satu atau lebih hal berikut yang dapat menyebabkan surge:
1. Operasi tidak stabil
2. Parsial atau total pembalikan aliran melalui kompresor
3. Terganggu proses
4. Kerusakan mekanikal pada kompressor